Tuesday, May 7, 2013

LANGKAH NYATA MENEGAKKAN PERADABAN ISLAM


Peradaban modern, yang tak lain merupakan metamorfosis dari idiologi materialisme dengan lokomotif globalisasinya, terasa begitu cepat berkembang dan dinamis. Ia bahkan telah meninggalkan pesaingnya yang mengusung tema lebih menjanjikan, yaitu peradaban Islam.

            Padahal, Islam adalah inspirator peradaban yang telah melahirkan generasi terbaik sepanjang sejarah manusia, yaitu Rasulullah SAW dan para sahabat. Dahulu mereka berhasil mewujudkan iman dalam kehidupan nyata. Maka kini, orang-orang beriman yang telah mengikuti Beliau, seharusnya pun mampu melakukan hal yang sama. Lalu, seluas apa ruang lingkup implementasi iman dalam kehidupan nyata yang harus diwujudkan oleh orang-orang beriman ?

Pertama, Lingkup Pribadi
            Salah satu keutamaan seorang mukmin adalah sifat berkorban yang tidak dimiliki oleh manusia kebanyakan, yaitu pengorbanan sebagaimana yang digambarkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya :

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (Al-Hujurat [49] : 15)

Dengan keimanan itulah orang-orang mukmin dapat melepaskan diri dari belenggu dan ikatan duniawi yang sangat materialistis sehingga mereka rela berkorban dengan harta dan jiwanya di jalan Allah SWT. Karena imanlah mereka lebih memilih perniagaan yang lebih baik dan menyelamatkan, sekaligus mengundang ampunan dan surga-Nya, serta pertolongan dan kemenangan dari-Nya.

Allah SWT berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih ? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu.” (Ash-Shaaf [61] : 10 - 11).

Kedua, Lingkup Masyarakat 
            
       Rasulullah SAW saat membangun masyarakat Islam di Madinah berawal dari mendirikan masjid. Bahkan secara konsisten Rasulullah SAW dan para sahabat telah menjadikan masjid bukan sekedar tempat tempat shalat, namun juga tempat membangun masyarakat dan peradaban. Semangat inilah yang digambarkan Allah SWT dalam firman-Nya :

“Katakanlah, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-An’aam [6] : 162).

            Pembangunan peradaban Islam yang dimulai dari masjid memberikan pesan bahwa peradaban yang hendak dibangun itu harus berlandaskan iman dan ilmu. Keduanya saling terkait dan tidak bisa dipisahkan. Melalui masjid-masjid, peradaban Islam tumbuh dan berkembang memberi kontribusi yang luar biasa terhadap peradaban dunia karena bersumber langsung dari Al-Qur’an. Di sisi lain, masjid telah menjadi tempat lahirnya banyak ulama dan ilmuwan besar Islam. Sayangnya, umat Islam dewasa ini justru tertinggal peradabannya.

Ketiga, Lingkup Dunia
            Dengan iman, seseorang akan menjadikan kehidupan dunia ini sebagai sarana untuk mendapatkan tujuan yang lebih mulia, yaitu kehidupan akhirat. Jika seseorang rela dengan harta yang sedikit dan tempat tinggal yang sederhana, maka ringan pula baginya untuk mengeluarkan hartanya, meninggalkan rumah dan keluarganya, bahkan kehidupannya, demi menggapai ridha Allah SWT. Ketika maut menjemputnya, baik di rumah maupun di medan jihad, ia menyambutnya dengan gembira. Sebab, ia yakin bahwa ada surga menantinya.

Orang beriman hampir tidak pernah memberi sesuatu kecuali untuk mendapatkan ganjaran dari Allah SWT, baik tunai atau ditangguhkan. Jiwanya selalu menantikan balasan yang adil atas apa yang pernah diberikannya. Karena hanya perjuangan dan pengorbanan demi agamalah yang dapat memecahkan persoalan manusia.

Bagi orang beriman, apa saja yang ia berikan akan kembali padanya berlipat ganda. Harta yang ia berikan dan apa yang menimpa jiwa dan raganya akan diganti pula oleh Allah SWT. Jika ia mempersembahkan nyawanya di jalan Allah SWT, lalu ia terbunuh atau mati, pada hakikatnya ia tidak mati melainkan hidup di sisi Tuhannya dan diberi rezeki.

Allah SWT berfirman :

“…dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikit pun tidak akan dianiaya.” (Al-Baqarah [2] : 272).

Menerima dan menjawab ujian dengan baik dan benar.
            Tujuan pokok dari ujian yang diberikan Allah SWT adalah untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Sebab, hakekat iman yang benar adalah rela berkorban dengan tenaga, pikiran, dan harta benda, bahkan mempertaruhkan nyawa sekalipun.
            
Allah SWT menggambarkan orang-orang yang benar imannya dalam Al-Qur’an Surah Fushshilat [41] ayat 30 - 31. Mereka, kata Allah SWT, adalah orang-orang yang mengatakan bahwa, “Allah itu Tuhan kami (Rabbunallah),” kemudian mereka berpendirian teguh.

Menjadikan iman sebagai semangat gerakan
            Bila kita ingin mencapai apa yang telah dicapai oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya, maka hendaklah kita memperbaharui iman dan melaksanakan apa yang menjadi konsekuensinya. Iman itu bukan sekedar retorika, tapi benar-benar menuntut pelaksanaannya.

            Itulah sebabnya, segala upaya dalam penerapan iman pasti akan menghadapi berbagai tantangan, yakni :
1.      Godaan Hawa Nafsu
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-Jaatsiyah [45] ayat 23
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”

Orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhan akan dibiarkan oleh Allah SWT dalam keadaan sesat. Kemudian, Allah SWT mengunci mati pendengaran dan hatinya, serta menutup penglihatannya. Jika sudah seperti ini, siapakah yang akan memberinya petunjuk selain Allah SWT ?

2.     Kesombongan
Sesungguhnya milik Allah-lah segala yang meliputi langit dan bumi dan apa-apa yang dimiliki manusia adalah amanah dari-Nya, lantas mengapakah kita sebagai manusia tidak mengambil pelajaran?

Allah SWT berfirman :
“Ketahuilah ! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup.” (Al-Alaq [96] : 6 – 7).

3.     Cinta Dunia
Allah SWT berfirman :
“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka neraka Jahim lah tempat kembalinya.” (An-Naazi’aat [79] : 37 – 38).

4.     Dorongan Syahwat
Allah SWT dalam Surah Ali-Imran [3] ayat 14, menyebut contoh-contoh kesenangan hidup di dunia yang bisa mendorong syahwat, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta emas dan perak yang banyak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, serta sawah dan ladang.

Wallahu a’lam bish-shawab. ***
Sumber: LZI_News Ed.11

No comments:

Post a Comment