Ia
meminta limpahan rezeki. Begitu permintaannya dipenuhi, janjinya diingkari.
Seorang ustadz dari sebuah pesantren datang ke rumah. Ia
menceritakan kesulitan pesantrennya. Mendengar hal itu aku langsung menyahut,
"Seandainya aku punya kelebihan, aku ingin membantu." Diam-diam aku
pun berdoa, "Ya Allah, sekiranya Engkau berikan aku rezeki uang lebih
dari 2 juta rupiah, maka aku akan membantu pesantren sebesar 2 juta."
Sebagai seorang pegawai negeri yang merantau demi tugas di
daerah kepulauan di Kawasan Indonesia Timur seperti aku, doa spontan di atas
sungguh tak masuk akal. Mana mungkin mendapatkan tambahan penghasilan di luar
gaji tanpa usaha sampingan. Satu-satunya jalan adalah menunggu tanggal gajian,
tapi itupun biasanya juga pas-pasan untuk kebutuhan keluarga. Namun logika itu
tak berlaku jika Allah SWT ingin menunjukkan kuasa-Nya. Beberapa hari kemudian,
aku mendapatkan uang lebih dari Rp 2 juta. Tiba-tiba ada orang yang begitu baik
memberiku amplop. Aku sendiri bingung, apa jasaku kepadanya.
Aku masih teringat doa yang baru saja kupanjatkan beberapa
hari sebelumnya. Namun aku juga ingat kebutuhan keluargaku. Kemarin istriku
di kampung halaman baru telepon minta kiriman uang untuk kebutuhan sekolah
anak-anak. Aku bingung, mana yang harus aku dulukan ?
Akhirnya, aku sisihkan Rp 1 juta dan aku masukkan ke dalam
amplop dengan niat akan aku sedekahkan ke pesantren. Sisanya, Rp 1 juta lebih
sedikit akan aku kirim untuk keluarga.
Karena aku tidak mempunyai sepeda motor, maka aku minta
tolong agar diantar sopir kantor ke pesantren yang jauhnya sekitar 14 km.
Sesampainya di pesantren aku serahkan uang itu dan langsung berpamitan pulang.
Sampai di rumah sopir yang mengantarku pun cepat-cepat
pulang karena ada keperluan. Sementara mobil ditinggal di rumahku.
Beberapa saat kemudian aku segera keluar mencari makanan
dengan membawa mobil. Ketika aku mau belok kanan di pertigaan jalan, tiba-tiba
terdengar suara keras "brak!" Astaghfirullah, aku kaget bukan main,
ternyata mobil yang aku kemudikan menyerempet becak.
Tiba di rumah aku merenung, mengapa kecelakaan itu bisa terjadi
? Ada rahasia apa di balik kejadian tadi ? Aku baru ingat dan segera aku
beristighfar. Mungkin itu peringatan Allah karena aku telah melupakan janjiku
kepada-Nya. Aku teringat dengan ayat al-Qur'an yang isinya menegur aku :
"Dan di antara
mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah : 'Sesungguhnya jika Allah
memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan
pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh.' Maka setelah Allah memberikan
kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan
berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi
(kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu
mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang
telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta."
(At-Taubah [9] : 75 - 77)
Segera keesokan harinya aku penuhi janjiku. Aku berikan lagi
kekurangannya, lalu meminta maaf kepada ustadz dan menceritakan kejadian itu.
Aku bahagia dan bersyukur kepada Allah yang telah mengingatkanku dengan cara-Nya
sehingga aku terhindar dari kemunafikan. Subhanallah
No comments:
Post a Comment